Thursday, June 25, 2015

TIPS SEPUTAR KEHAMILAN (II)

C. Nyeri Punggung

Ibu hamil biasanya mengalami nyeri punggung akibat beban perut yang makin besar menarik otot punggung belakang ke depan. Ditambah lagi ligamen-ligamen jaringan tubuh ibu mulai melunak karena persiapan proses melahirkan, dan hal ini juga menyebabkan nyeri panggul. Beberapa tips yang bisa dilakukan guna mengatasi nyeri punggung adalah sebagai berikut :


  1. Usahakan dudu tegak. Kalau perlu, tahan punggung ibu dengan bantal.
  2. Saat tidur, berbaringlah di satu sisi tubuh, taruhlah bantal di antara lutut guna menjaga posisi yang benar. Selain itu, gunakan lengan ibu untuk membantu mendorong tubuh ke atas sekaligus menahan perut. Posisi ini mampu mengatasi ketegangan pada punggung sehingga rasa nyeri hilang.
  3. Sepatu yang nyaman itu penting. Sepatu pendek atau tinggi asal nyaman, tidak masalah. Hanya saja, selama hamil sepatu tinggi jangan dipakai dulu karena dapat memicu nyeri punggung dan kontraksi.
  4. Menjaga kondisi tubuh dengan melakukan beberapa kegiatan, seperti renang, guna mengatasi nyeri punggung.
  5. Saat hamil, ibu membawa bayi dalam perut. Hindari membawa beban berat yang memberi tekanan tambahan pada tubuh ibu. Jika harus mengambil sesuatu di bawah, jangan lupa tekuk lutut dan bertumpu pada paha untuk berdiri kembali.


D. Konstipasi (Sembelit)

Konstipasi banyak dialami oleh ibu hamil dan banyak cara mengatasinya.

1. Penyebab Konstipasi

Sembelit bukan hanya disebabkan pola makan yang tak teratur, tapi juga hormon. Selama hamil, tubuh ibu memproduksi lebih banyak hormon progesteron. Hal ini membuat otot ibu rileks dan janin mampu tumbuh. Sayangnya, hormon ini membuat gerakan usus melambat, sehingga memperlambat pengeluaran kotoran.



2. Tips Mencegah Sembelit

  1. Mengonsumsi serat seperti buah-buahan, sayuran dan biji-bijian. Upayakan minum sedikitnya 8 gelas air sehari. Sebab, cairan juga dapat membantu melancarkan pencernaan ibu.
  2. Berolahraga. Seperti berenang dan jalan santai selama 20 sampai 30 menit per hari dapat mendorong kerja usus lebih baik.
  3. Suplemen vitamin seperti tablet zat besi bisa memperlambat gerakan usus. Jika ibu ingin mengonsumsinya, konsultasikan pada dokter.


E. Sistitis

Sistitis atau infeksi kandung kemih juga salah satu keluhan yang mungkin dialami selama hamil. Sistitis adalah infeksi kandung kemih yang menyebabkan rasa panas saat buang air kecil. Urin dalam kondisi normal dan biasanya steril, tetapi saluran kemih menjadi elastis dan melebar selama kehamilan, sehingga bakteri mudah masuk. Gejala-gejala sisititis, yaitu rasa nyeri, panas, atau menyengat saat buang air kecil, serta sering buang air kecil tetapi urin yang keluar hanya sedikit.

Jika sistitis terlanjur terjadi, ibu tidak perlu khawatir. Sebab, ibu tetap bisa menjalani pengobatan aman dengan antibiotik jangka pendek. Beberapa tips yang bisa dilakukan guna mencegah sistitis adalah sebagai berikut :

  1. Usahakan segera buang air kecil setelah berhubungan seks.
  2. Bersihkan kelamin dengan air dari arah depan ke belakang.
  3. Kosongkan kandung kemih setiap ibu buang air kecil.
  4. Hindari mandi berendam terlalu lama dan sering, agar daerah kemaluan tidak tercemak bakteri.
  5. Hati-hati menggunakan produk pewangi atau produk antiseptik.
  6. Pakai celana dalam berbahan katun dan tidak ketat.
  7. Banyak minum air putih.



F. Pusing

Keluhan pusing merupakan sesuatu yang sering dialami oleh ibu hamil. Pusing ini disebabkan oleh tekanan pada pembuluh darah. Saat hamil, sirkulasi darah ibu berlangsung cepat. Hal ini semakin meningkat pada trimester 2. Supaya pusingnya tidak semakin parah, coba tips berikut :

  1. Makan sedikit tapi sering, agar perut selalu kenyang dan kadar gula darah stabil.
  2. Cari udara segar dan perbanyak minum air putih saat ibu kegerahan
  3. Jaga tekanan darah dengan mengonsumsi makanan bergizi serta olagraga ringan secara rutin.
  4. Jangan bangun terlalu cepat dari tempat tidur atau kursi.
  5. Jangan terlalu lama dan sering berendam air panas, karena tubuh bisa menjadi panas berlebihan.
  6. Jangan berdiri terlalu lama. Jika terpaksa berdiri lama, cobalah tarik otot-otot perut sedikit ke dalam dan gerakkan jari kaki agar sirkulasi darah tetap lancar.
  7. Minghirup minyak mentol atau minyak berbau segar.
  8. Jangan biarkan perut lapar karena kadar gula darah bisa turun drastis.
  9. Selalu cek tekanan darah.


G. Anemia saat Hamil

Wanita hamil sangat rentan mengalami anemia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan tubuh terhadap zat besi seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.

1. Penyebab Anemia saat Hamil

Wanita yang tidak memiliki anemia berpotensi mengalami anemia pada saat hamil. Hal ini biasanya disebabkan karena kurangnya zat gizi, terutama zat besi. Kebutuhan zat besi pada wanita yang sedang hamil terus meningkat sestuai dengan usia kehamilan. Zat besi adalah zat gizi penting dalam pembentukan hemoglobin, yakni protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh jaringan dan organ tubuh.

Selama masa kehamilan, jumlah dalam tubuh meningkat hingga 50% lebih banyak dibandingkan dengan kondisi tubuh dalam keadaan normal, sehingga ibu hamil memerlukan banyak zat besi yang membentuk hemoglobin guna mengimbangi kenaikan volume darah dalam tubuh, begitu pun kebutuham zat besi bagi janin dan plasenta.

Sayangnya, kebanyakan wanita yang memasuki masa kehamilan tidak menyadari adanya peningkatan kebutuhan zat besi yang diperlukan tubuh, terutama pada trimester kedua dan ketiga saat kebutuhan tubuh terhadap sel darah meningkat drastis. Jika ibu hamil berada dalam kondisi kekurangan zat besi dalam pembentukan hemoglobin yang diperlukan, maka ibu berisiko mengalami anemia. Risiko terserang anemia akut semakin meningkat jika terjadi gejala-gejala seperti berikut ;

  1. Sering mual-mual di pagi hari dan frekuensi muntah terlalu tinggi.
  2. Nafsu makan yang turun karena mual dan muntah.
  3. Sedang mengandung lebih dari satu bayi.
  4. Masa kehamilan terlalu dekat dengan waktu kelahiran sebelumnya.
  5. Pola makan yang buruk, sehingga kebutuhan zat besi tak tercukupi.
  6. Jumlah darah keluar saat dmenstruasi pada pra-kehamilan terlalu banyak.
  7. Pendarahan pada waktu persalinan.



Selain kekurangan zat besi, anemia juga disebabkan karena kekurangan suplai asam folat, penyakit tertentu, atau kelainan darah karena faktor keturunan. Inilah alasannya mengapa suplemen zat besi belum tentu dapat mengatasi masalah anemia. Cara penanganan anemia pada masa kehamilan, harus sesuai dengan penyebabnya.

2. Kenali Gejala dan Risikonya

Anemia berdampak pada kesehatan tubuh. Gejala-gejala seperti pusing, cepat letih, lemas, tidak bersemangat, sering pusing, mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, sesak nafas, daya tahan tubuh dan nafsu makan menurun, bahkan sering pingsan merupakan tanda awal yang harus diwaspadai agar tidak membahayakan kesehatan ibu dan janin.

Jika ibu mengalaminya, segera konsultasikan dengan dokter atau bidan agar dilakukan pemeriksaan, terutama pemeriksaan darah. Umumnya, pemeriksaan darah dilakukan dengan memeriksa kandungan hemoglobin. Dengan deteksi dini anemia, tindakan pengobatan dapat dilakukan.

Kehamilan sangat berisiko jika hemoglobin dalam darah pada masa kehamilan trimester pertama di bawah 11 gram per desiliter, dan pada trimester kedua dan ketiga di bawah 10 gram per desiliter. Kondisi kesehatan disebut kritis, bila kadar hemoglobin kurang dari 5 gram per desiliter dapat meningkatkan risiko kematian ibu dan janin. Ibu juga merasa sangat lelah karena gangguan fungsi jantung akibat kurangnya suplai oksigen ke seluruh tubuh.

Oleh karena itu, sangat penting memeriksakan kesehatan secara rutin pada setiap usia kehamilan, meskipun ibu tidak merasa sakit. Pemeriksaan hemoglobin yang teratur, diperlukan ketika ibu memutuskan untuk hamil. Sehingga, terapi dapat dilakukan sebelum usia kehamilan memasuki trimester pertama.

Anemia yang dibiarkan sampai memasuki waktu kelahiran sangat membahayakan. Risiko yang terjadi bukan hanya berdampak bagi ibu, tetapi juga pada bayi yang dilahirkan. Anemia saat hamil yang tidak ditangani sejak awal menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, waktu bersalin yang lama, pendarahan pasca melahirkan, bayi lahir dengan berat badan rendah, serta kemungkinan bayi lahir dengan cacat bawaan.

3. Cara Mengatasi Anemia saat Hamil

Anemia pada saat hamil bisa diatasi dengan cepat, jika terdeteksi sebelum memasuki usia kehamilan trimester pertama. Sadar kesehatan dan waspada terhadap gejala-gejala anemia yang terjadi merupakan langkah pertama yang dapat dilakukan guna mencegah anemia. Diantaranya adalah :

  1. Melakukan pemeriksaan darah di laboratorium kesehatan, dan berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan cara terbaik dalam menangani anemia.
  2. Menjaga penyerapan zat besi ke dalam tubuh dengan mengonsumsi makanan sumber alami zat besi, misalnya daging, beras merah, kacang-kacangan dan sayuran yang berwarna hijau tua.


Jika ibu hamil mengonsumsi suplemen zat besi, minumlah saat perut dalam keadaan kosong bersama air atau jus jeruk. Vitamin C dalam jus jeruk membantu penyerapan zat besi namun, bila ibu dalam kondisi mual maka disarankan mengonsumsi suplemen zat besi satu jam setelah makan. Tunggulah beberapa saat sebelum minum susu, atau teh. Hasil reaksi suplemen zat besi bisa dirasakan dalam waktu satu minggu. Produksi sel darah merah dan hemoglobin dalam darah meningkat, sehingga anemia sudah teratasi dalam waktu 1 bulan. Teruskan pemakaian sesuai dengan resep. Konsultasikan dengan dokter bila ibu perlu menambah atau menghentikan pemakaiannya.

Saat hamil hindari diet yang berlebihan, karena perubahan pola makan berdampak pada jumlah sel darah merah.

No comments:

Post a Comment